Sistem
Informasi rumah sakit menurut saya tidak kalah kompleks dengan ERP
business yang lain, karena disitu ada multi disiplin industri, dari
service, hospitality, produksi, maintenance, sampai yang khas medis,
bahkan tidak menutup kemungkinan sampai mengintegrasikan dengan gadget
dan perangkat medical yang lain seperti Lab, DICOM, Graphical Medical
Record, wireless portable data collection dll.
Masalah kompleksitas ini ditambah dengan kompleksitas policy / SOP
dari masing-masing rumah sakit yang berbeda-beda akan menambah faktor sukses
atau tidak implementasinya.
Faktor management juga sangat menentukan, dimana para tenaga
medis/paramedis itu berlaku sebagai karyawan atau partner, atau bahkan
pemilik modal rumah sakit juga menjadi satu faktor yang menjadi penentu,
yang harus diperlakukan secara berbeda.
Faktor ‘business-deal’ dengan dokter2 yang punya ‘bintang’ juga
menjadi faktor yang kritis, dimana masing2 subjek bisa jadi akan punya
rumus perjanjian masing2 yang sangat customized sehingga menimbulkan
keruwetan pada pendefinisian fee dokternya, sehingga tidak jarang
beberapa deal tidak bisa di computerized dengan mudah karena terlalu
custom.
Belum lagi kalau dokter2 ini memiliki team medis sendiri, bahkan
tidak jarang ada yang memiliki daftar rekam medis pasien yang di simpan
secara terpisah dan tidak di share ke bagian rekam medis rumah sakit
karena pertimbangan tertentu.
Diluar itu, faktor resources tenaga clerical yang biasanya juga
‘tidak siap’ untuk menjadi bagian dari implementasi ini, dan seringkali
training implementasi juga hanya berfokus pada ‘what to’ bukan pada ‘how
to’ sehingga seringkali terjadi human error pada transaksi harian yang
berakibat pada ketidak akuratan informasi keuangan di back office, juga
berperan sangat besar dalam kesuksesan implementasinya.
Faktor penentu lainnya, seringkali top level management rumah sakit
juga tidak ‘benar-benar’ aware apa makna dari sistem informasi rumah
sakit ini, dimana biasanya sebagian besar top level management rumah
sakit berasal dari orang2 medis yang sudah senior, tapi relatif cukup
awam terhadap apa yang namanya sistem informasi, yang mayoritas hanya
berpandangan bahwa sistem informasi rumah sakit tidak lebih dari sekedar
program pengolahan data untuk memproduksi laporan keuangan saja. Bukan
sebagai alat strategis yang bisa dijadikan salah satu keunggulan dari
rumah sakitnya, karena mereka bisa melakukan analysa dan pengambilan
keputusan management/bisnis berdasarkan informasi yang di produksi dari
dalamnya. Informasi ini mestinya bisa sampai berupa data warehouse dari
market / business analysis, ataupun analisa medis lainnya. Hanya
sayangnya, sampai saat ini kelihatannya belum banyak Rumah Sakit yang
betul2 ‘melek’ dengan keunggulan ini, padahal industri2 yang lain sudah
banyak yang mengaplikasikannya.
Menurut saya, dari yang sudah2 selama ini belum benar-benar ada
sistem informasi rumah sakit yang memang bisa menutup semua kebutuhan
sistem informasi management rumah sakit secara penuh, sehingga bisa
dijadikan salah satu alat business intelligence dan decission making
untuk top level management, yang ada hanyalah sekedar alat untuk
mengolah data transaksi harian menjadi laporan keuangan saja.
Kondisi ini akan lebih parah lagi, karena perkembangan kebutuhan
masing2 user membutuhkan customized yang sangat banyak, kalau tidak
salah didalam rumah sakit paling tidak ada 30-an departemen, baik medis
maupun non-medis yang semua punya kepentingan & ego masing2 dan
seringkali berbenturan satu sama lain. Dan akhirnya, oleh para vendor
software yang ada dicoba untuk di custom atau di ‘cocok-cocok-an’ dengan
kemampuan softwarenya sehingga pada akhirnya yang ada adalah solusi
tambal sulam saja.
Masing-masing solusi memang selalu memiliki sukses story tapi jangan
lupa bahwa masing-masing solusi juga memiliki sisi ‘gelap’ yang biasanya
tidak akan di share di portofolio profile perusahaannya.
Sebenarnya, implementasi software rumah sakit ini menurut saya, ada 3 hal yang penting yang harus diperhatikan,
- Komitmeent dari Top Level Management / bahkan owner untuk mengimplementasikannya, regardless produk apa saja yang dipilih nantinya, karena pada saat implementasi akan terjadi resistensi, dan ini harus segera diatasi, kalau tidak mau resistensi ini menjadi racun untuk kesuksesan implementasinya.
- Business Process Reengineering harus ada, karena paket2 software yang ada pasti punya ketidak sesuaian dengan SOP yang sudah ada, dan ini membutuhkan ‘kebesaran hati’ dari seluruh stakeholder untuk bisa menerima kondisi ini dan mengikuti alur sistem informasi modul yang ada, demi kesuksesan implementasinya, bukan sebaliknya dimana software yang sudah jadi dibongkar untuk disesuaikan dengan kondisi yang ada.
- Training dan Sosialisasi ke semua bagian yang mendalam, karena sebagian besar orang di rumah sakit bukanlah tenaga administrasi yang mau mengerjakan kerjaan2 admin, terutama tenaga paramedik yang biasanya memiliki ego profesi yang tinggi, dan ‘sangat berat hati’ mengerjakan kerjaan2 administrasi.
- Kesabaran dari semua stakeholder, karena implementasi keseluruh bagian yang jumlahnya puluhan departemen ini membutuhkan waktu, dan tidak akan selesai dalam waktu hanya 6 bulan saja.
Last but not least, biasanya pemilihan tenaga IT rumah sakit juga
seringkali mendapat porsi yang kecil, dimana biasanya budget untuk itu
tidak mendapat porsi yang semestinya, mengingat IT bukan concern utama
disana. Akibatnya, resource yang ada biasanya tidak cukup ‘mumpuni’
untuk menajalankan task sebagai IT person, dimana dia dianggap sebagai
‘dewa’ yang tahu segala hal tentang Technology. Bahkan dalam beberapa
kasus, resource yang ada tidak cukup untuk mengcover kebutuhan support
7x24x365 sebagaimana seharusnya sebuah rumah sakit beroperasi.
IT deparment juga seringkali diletakkan dibawah departemen keuangan,
sehingga orientasinya tidak bebas dan hanya berkutat pada masalah
laporan keuangan saja, padahal semestinya jika Sistem Informasi rumah
sakit ini ingin dijadikan ‘senjata’ harusnya mereka punya independensi
tersendiri yang memiliki garis report ke jajaran direksi rumah sakit.
Jadi regardles produk apa yang diambil, mestinya konsiderasi paling
tinggi adalah pertimbangan cocok atau tidaknya SOP yang berlaku dengan
system flow sebuah modul, dan seberapa mampu management berkomit untuk
melakukan implementasi dan mendukungnya ‘sampai titik darah penghabisan’
sebelum bisa menikmati hasilnya yang cukup lama, menurut saya paling
tidak dibutuhkan waktu 2 tahun untuk bisa melihat hasil integrasi semua
modul dan hasilnya. Itupun sebatas sampai informasi saja, belum nanti
membicarakan otomatisasi dari peralatan biomedic, data capture, office
otomation, digital office, digital imaging, digital messaging dll, yang
tentunya akan dibutuhkan waktu lebih lama lagi.
Mudah2an sedikit sharing disini bisa memberi wacana bagi rekan2 yang
berkutat di disiplin ini, untuk membantu kelancaran suksesnya sebuah
implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit.
sumber : http://megah.wordpress.com/2011/10/03/sim-rumah-sakit/ (dengan perubahan judul)
Tidak ada komentar:
Write komentar